Selasa, 01 Maret 2011

TEORI EVOLUSI CHARLES DARWIN
Oleh: Drs. Bambang Agus Suripto, SU., M.Sc. (Dosen Fakultas Biologi UGM)
“In 1831 the Englishman set forth on his famous vayage in the Beagle. After 28 years he published Origin of Species, which revolutionized man’s view of nature and his place in it” (Loren C. Elseley, February 1956)

Pendahuluan
Sejak dahulu kala manusia selalu mempertanyakan asal-usul kehidupan dan dirinya. Jawaban sementara atas pertanyaan tersebut ada tiga altenatif, yaitu penciptaan, transformasi, atau evolusi biologi.
Definisi evolusi biologi bermacam-macam tergantung dari aspek biologi yang dikaji. Beberapa definisi yang umum dijumpai di buku-buku biologi, antara lain: evolusi pada makhluk hidup adalah perubahan-perubahan yang dialami makhluk hidup secara perlahan-lahan dalam kurun waktu yang lama dan diturunkan, sehingga lama kelamaan dapat terbentuk species baru: evolusi adalah perubahan frekuensi gen pada populasi dari masa ke masa; dan evolusi adalah perubahan karakter adaptif pada populasi dari masa ke masa. Evolusi telah mempersatukan semua cabang ilmu biologi.
Idea tentang terjadinya evolusi biologis sudah lama menjadi pemikiran manusia. Namun, di antara berbagai teori evolusi yang pernah diusulkan, nampaknya teori evolusi oleh Darwin yang paling dapat teori . Darwin (1858) mengajukan 2 teori pokok yaitu spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup sebelumnya, dan evolusi terjadi melalui seleksi alam. Perkembangan tentang teori evolusi sangat menarik untuk diikuti. Darwin berpendapat bahwa berdasarkan pola evolusi bersifat gradual, berdasarkan arah adaptasinya bersifat divergen dan berdasarkan hasilnya sendiri selalu dimulai terbentuknya varian baru.




Dalam perkembangannya teori evolusi Darwin mendapat tantangan (terutama dari golongan agama, dan yang menganut paham teori penciptaan – Universal Creation), dukungan dan pengkayaan-pengkayaan. Jadi, teori sendiri juga berevolusi sehingga teori evolusi biologis yang sekarang kita kenal dengan label “Neo Darwinian” dan “Modern Sintesis”, bukanlah murni seperti yang diusulkan oleh Darwin. Berbagai istilah di bawah ini merupakan hasil pengkayaan yang mencerminkan pergulatan pemikiran dan argumentasi ilmiah seputar teori evolusi: berdasarkan kecepatan evolusi (evolusi quasi dan evolusi quantum); berdasarkan polanya (evolusi gradual, evolusi punctual, dan evolusi saltasi) dan berdasarkan skala produknya (evolusi makro dan evolusi mikro).
Topic yang akan dibahas dibawah ini meliputi perkembagan teori evolusi Darwin dan implikasi dari teori evolusi biologi Darwin terhadap cara pandang kita tentang keberadaan makhluk dan alam semesta.
Perkembangan Teori Evolusi Darwin
1. Sejarah Singkat Charles Darwin (1809 – 1882)
* 1831-1836: Perjalanan laut dengan kapal Beagle.
* 1844: Draft buku “Origin of Species by Means of Natural Selection” telah selesai.
* 1858: Afred Russel Wallace mengirim manuscript kepada J. Hooker anggota Royal Society, berisi tentang perluasan ide dari Malthus. Makalah bersama oleh Darwin dan Wallace di forum Society.
* 1859: Publikasi buku “ On The Origin of Species by Means of Natural Selection”
* 1860: Perdebatan antara Huxley dan Wilbeforce tanpa kehadiran Darwin
* Darwin menghabiskan sisa masa hidupnya untuk penelitian dan publikasi buku “Descen of Man” (1871) dan “The Expression of Emotion in Man and Animals” (1871).



Buku “Origin of Species by Means of Natural Selection” yang diterbitkan tahun 1959 ini, menurut indeks sitasi merupakan buku yang paling banyak diacu oleh penulis lain (selain kitab suci) selama ini.

2. Perkembangan Teori Evolusi
Banyak hal dan pemikiran ahli lain yang mempengaruhi perkembangan teori Darwin, antara lain:
* Ekspedisi ke lautan Galapagos ditemukan bahwa perbedaan bentuk paruh burung Finch disebabkan perbedaan jenis makanannya.
* Geolog Charles Lyell (1830) menyatakan bahwa batu-batuan di bumi selalu mengalami perubahan. Menurut Darwin, hal-hal tersebut kemungkinan mempengaruhi makhluk hidupnya. Pikiran ini juga didasarkan pada penyelidikannya pada fosil.
* Pendapat ekonom Malthus yang menyatakan adanya kecendrungan kenaikan jumlah penduduk lebih cepat dari kenaikan produksi pangan. Hal ini menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk kelangsungan hidup. Oleh Darwin hal ini dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan oleh para peternak untuk memperoleh bibit unggul.
* Pendapat beberapa ahli seperti Geoffroy (1829), WC Wells (1813), Grant (1826), Freke (1851), dan Rafinisque (1836).
Tahun 1858 Darwin mempublikasikan The Origin yang memuat 2 teori utama yaitu:
1. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau.
2. Evolusi terjadi melalui seleksi alam.

Menurut Darwin, agen tunggal penyebab terjadinya evolusi adalah seleksi alam. Seleksi alam adalah “process of preserving in nature favorable variations and ultimately eliminating those that are ‘injurious’”.


Secara umum, tanggapan ahli lain terhadap teori Darwin adalah:
a. Mendapat tantangan terutama dari golongan agama, dan yang menganut paham teori penciptaan (Universal Creation).
b. Mendapat pembelaan dari penganut Darwin antara lain , Yoseph Hooker dan Thomas Henry Huxley (1825-1895).
c. Mendapat kritik dan pengkayaan dari banyak ahli antara lain Morgan (1915), Fisher (1930), Dobzhansky (1937), Goldschmidt (1940) dan Mayr (1942).
Dengan berbagai perkembangan dalam perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya genetika maka kemudian Teori Evolusi Darwin diperkaya. Seleksi alam tidak lagi menjadi satu-satunya agen penyebab terjadinya evolusi, melainkan ada tambahan faktor-faktor penyebab lain yaitu: mutasi, aliran gen, dan genetic drift. Oleh karenanya teori evolusi yang sekarang kita seirng disebut Neo-Darwinian atau Modern Systhesis.

Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (Neo Darwinian) terjadi karena adanya:
a. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c. Produksi varian baru melalui pada materi genetic yang diturunkan (DNA/RNA).
d. Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
e. Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari individu fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.




Implikasi Teori Evolusi Darwin
1. Asal Usul Spesies
Teori utama Darwin bahwa spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau dan bila diurut lebih lanjut semua spesies makhluk hidup diturunkan dari nenek moyang umum yang sama. Seperti yang juga diperkirakan oleh Darwin. Teorinya akan ditentang banyak pihak. Para penentang teori ini dikategorikan dalam tiga kelompok utama:
a. Kelompok yang berpendapat bahwa teori Darwin tersebut tidak cukup “ilmiah”.
b. Kelompok “Creationist” yang berpendapat bahwa masing-masing spesies diciptakan khusus oleh yang Maha Kuasa untuk tujuan tertentu.
c. Kelompok penganut filsafat “idealist” yang berpendapat bahwa spesies tidak berubah. Variasi yang ada merupakan tiruan tidak sempurna dari pola umum “archetypes”. Goethe mengabstaksikan satu archetype atau Urbild untuk semua tanaman (Urplanze) dan beberapa Bauplane untuk hewan.
Untuk para penentangnya dari dua kelompok pertama di atas Darwin cukup menandaskan bahwa keajaiban-keajaiban atau intervensi dari kekauatan supranatural dalam pembentukan spesies adalah tidak ilmiah. Dalam menanggapi kelompok Idealist (seperti Owen dan Lois Agassiz) Darwin mampu menangkis dengan baik. Pada Origin edisi pertama, Darwin (1959) di halaman 435, menyimpulkan bahwa penjelasan Owen pada masalah archetype adalah “interesting” dan “unity of type”nya merupakan “hukum” biologi yang penting. Kemudian setelah Owen lebih keras lagi menentang teorinya. Darwin pada edisi berikutnya menambahkan “…tetapi itu bukan penjelasan ilmiah”. Menurut Darwin penjelasan tentang “homologi” dan “unity of types” terkait dengan nenek moyang adalah ilmiah, sementara penjelasan terkait dengan archetype tidak ilmiah. Oleh karena Darwin memandang masalah ini sebagai proses, sementara konsep archetype adalam timeless. Secara umum Darwin adalam penganut paham Materialisme.



2. Seleksi Alam
Darwin mengemukakan bahwa seleksi alam merupakan agen utama penyebab terjadinya evolusi. Darwin (dan Wallace) menyimpulkan seleksi dari prinsip yang dikemukakan oleh Malthus bahwa setiap populasi cendrung bertambah jumlahnya seperti deret ukur, dan sebagai akibatnya cepat atau lambat akan terjadi perbenturan antar anggota dalam pemanfaatan sumber daya khususnya bila ketersediaannya terbatas. Hanya sebagian, seringkali merupakan bagian kecil, dari keturunannya bertahan hidup: sementara besar lainnya tereliminasi.
Dengan berkembangnya ilmu genetika, teori itu diperkaya sehingga muncul Neo Darwinian. Menurut Lemer (1958), definisi seleksi alam adalah segala proses yang menyebabkan pembedaan non random dalam reproduksi terhadap genotype; atau allele gen dan kompleks gen dari generasi ke generasi berikutnya.
Anggota populasi yang membawa genotype yang lebih adaptif (superior) berpeluang lebih besar untuk bertahan daripada keturunan yang inferior. Jumlah individu keturunan yang superior akan bertambah sementara jumlah individu inferior akan berkurang dari satu generasi ke generasi lainnya. Seleksi alampun juga masih bekerja, sekalipun jika semua keturunan dapat bertahan hidup dalam beberapa generasi. Contohnya adalah pada jenis fauna yang memiliki beberapa generasi dalam satu tahun. Jika makanan dan sumberdaya yang lain tidak terbatas selama suatu musim, populasi akan bertambah seperti deret ukur dengan tidak ada kematian di antara keturunannya. Hal itu tidak berarti seleksi tidak terjadi, karena anggota populasi dengan genotype yang berbeda memproduksi keturunan dalam jumlah yang berbeda atau berkembang mencapai matang seksual pada kecepatan yang berbeda. Musim yang lain kemungkinan mengurangi jumlah individu secara drastic tanpa pilih-pilih. Jadi pertumbuhan eksponensial dan seleksi kemungkinan akan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya. Pebedaan fekunditas, sesungguhnya juga merupakan agent penyeleksi yang kuat karena menentukan perbedaan jumlah individu yang dapat bertahan hidup atau dan jumlah individu yang akan mati, yang ditunjukkan dalam angka kematian (Dobzhansky, 1970).



Darwin telah menerim, namun dengan sedikit keraguan, slogan Herbert Spencer “survival of the fittest in the struggle for life” sebagai altenatif untuk menerangkan proses seleksi alam, namun saat ini slogan itu nampaknya dipandang tidak sepenuhnya tepat. Tidak hanya individu atau jenis yang terkuat tetapi mereka yang lumayan pas dengan lingkungan dapat bertahan hidup dan bereproduksi. Dalam kondisi seleksi yang lunak atau halus semua individu atau jenis pembawa genotype yang bermacam-macam dapat bertahan hidup ketika populasi berkurang. Individu yang fit (individu yang sesuai dengan lingkungan dapat bertoleransi dengan lingkungan) tidak harus mereka yang paling kuat, paling agresif atau paling bertenaga, melainkan mereka yang mampu bereproduksi menghasilkan keturunan dengan jumlah terbanyak yang viable dan fertile.
Seleksi alam tidak menyebabkan timbulnya material baru (bahan genetic yang baru yang di masa mendatang akan datang diseleksi lagi),melainkan justru menyebabkan hilangnya suatu varian genetic atau berkurang frekuensi gen tertentu. Seleksi alam bekerja efektif hanya bila populasi berisi dua atau lebih genotype, yang mana dari varian itu ada yang akan tetap bertahan atau ada yang tereliminasi pada kecepatan yang berbeda-beda. Pada seleksi buatan, breeder akan memilih varian genetic (individu dengan genotype) tertentu untuk dijadikan induk untuk generasi yang akan datang. permasalahan yang timbul adalah dari mana sumber materi dasar atau bahan mentah genetic penyebab keanekaragaman genetic pada varian-varian yang akan obyek seleksi oleh alam. Permasalahan itu terpecahkan setelah T.H Morgan dan kawan-kawan meneliti mutasi pada lalat buah Drosophilia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses mutasi menyuplai bahan mentah genetic yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman genetic dimana nantinya seleksi alam bekerja (Dobzhansky, 1970).
Implikasi dari teori evolusi melalui ala mini sangat luas, tidak hanya mencakup bidang filsafat namun juga social-ekonomi dan budaya:
* Penggantian cara pandang bahwa dunia tidak statis melainkan berevolusi.
* Paham creationisme berkurang pengaruhn ya.
* Penolakan terhadap teleology kosmis.
* Penjelasan “desain” di dunia oleh proses materialistic seleksi alam, proses yang mencakup interaksi antara variasi yang tidak beraturan dan reproduksi yang sukses bersifat oportunistik yang sepenuhnya jauh dari dogma agama.
* Penggatian pola pikir Essensialisme oleh pola pikir populasi.
* Memberikan inspirasi yang disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik seperti gerakan Nazi di Jerman, Musolini di Italia, kebijakan “eugenic” di Singapura di masa Lee Kuan Yu dan berkembangnya ekonomi liberal yang dikemas dengan label Social-Darwinian.
Islam Dan Teori Darwin
Secara ilmiah teori evolusi Darwin utama belum dapat dikatakan runtuh, karena sebelum ditemukan bukti-bukti empiris yang bertentangan dengan kesimpulan teori tersebut, maka pernyataan dalam teori itu masih dianggap benar. Akan tetapi sampai saat ini banyak kalangan masih meragukan kebenaran teori itu terutama dari kalangan agama.
Saat ini Indonesia kebanjiran buku-buku Islam yang diproduksi Dr. Harun Yahya yang “menyerang” teori Darwin. Dari segi teologis ada kekuatiran bahwa teori Darwin akan mengusir Tuhan dari kehidupan, namun Haidar Bagir, pakar filsafat Islam, tidak sepenuhnya sependapat dengan Harun Yahya. Bagir (2003) menanggapinya dengan mengatakan “Sikap kita terhadap keyakinan Darwinian mengenai sifat kebetulan dan materialistic asal-usul kehidupan yang terkandung dalam teori itu sudah jelas. Kita menolaknya. Tidak demikian halnya dengan kesimpulan utama teori ini mengenai sifat-sifat evolusioner kehidupan. Karena betapapun demikian, tetap saja Tuhan bisa dipercayai sebagai Dzat di balik semua gerakan evolusi itu…”. Tentang prinsip survival of the littest, Bagir justru membenarkannya dan kita harus mengambil hikmahnya, karena hal itu sesuai dengan kenyataan sehari-hari dan didukung oleh tidak bertentangan dengan kandungan Alqur’an. Dingin dari dari dua sisi yaitu aspek teologis dan sisi etis.

PENGANTAR ADMINISTRASI PUBLIK

REVIEW HALAMAN 25-42 DIMENSI-DIMENSI PRIMA

Administrasi negara telah berkembang sebagai suatu kajian akademis melalui tahapan-tahapan yang disajikan dalam paradigma-paradigma yang saling mempengaruhi satu dengan yang disajikan dalam paradigma-paradigma yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Setiap fase dalam paradigma ini berkembang sesuai sengan fokus dan lokusnya masing-masing. Lokus menunjukkan dimana administrasi negara ini dikaji secara institusional, sedangkan fokus merupakan sasaran dari spesialisasi administrasi negara itu sendiri. Menurut Robert T. Golembiewski paradigma-paradigma ini hanya dapat dimengerti malalui hubungannya dengan fokus dan lokusnya.
Paradigma pertama yang dimulai pada tahun 1900-1926 atau yang sering juga disebut sebagai paradigma dikotomi politik administrasi. Awal munculnya paradigma ini dimulai dengan tulisan dari Frank J. Goodnow dan Leonard D. White. Goodnow dalam bukunya yang berjudul Pollitics and Administration berpendapat bahwa ada dua fungsi pokok pemerintahan yang berbeda yaitu politik dan administrasi. Goodnow juga mengemukakan bahwa administrasi negara sebagai lokusnya berpusat pada birokasi pemerintahan sedangkan fokusnya adalah efisiensi dan efektifitas. Kemudian administrasi negara mendapatkan legitimasi akademis pada tahun 1920-an. Usaha ini dilakukan oleh Leonard D. White dengan menerbitkan bukunya yang berjudul Introduction of Public Administration. Pada paradigma pertama ini memperkuat paham (nation) perbedaan dari dikotomi politik-administrasi, perbedaan ini akan tampak jelas dengan cara menghubungkan dengan satu koresponden antara dikotomi (value) dan praktika (fact). Dampak dari pembagian daerah analisis antara administrasi negara dan ilmu politik selama masa orientasi lokus ini mempunyai pengaruh sampai saat ini.
Fase kedua atau paradigma kedua yang dimulai pada tahun 1927 atau yang sering juga disebut sebagai zaman prinsip-prinsip administrasi. Tahun 1927, W.F. Willoughby menerbitkan bukunya yang berjudul Principles of Public Administration yang didalam buku itu memberikan trend baru dari perkembangan bidang ini dan membuktikan bahwa prinsip-prinsip itu ada dan dapat dipelajari. Sehingga para administrator bisa menjadi ahli dan cakap dalam bidangnya. Pada paradigma kedua ini administrasi negara benar-benar mancapai puncak reputasinya. Pada tahun 1930-an adminstrasi banyak mendapat sumbangan dari berbagai bidang seperti industri dan pemerintahan, lalu pengetahun menajemen memberikan pengaruh terhadap timbulnya pinsip-prinsip dalam administrasi. Tahun 1937 merupakan puncak akhir dari paradigma kedua ini ditandai dengan tulisan Paper on the Science of Administration dari Gulick dan Urwick. Prinsip yang terkenal dari Gulick dan Urwick adalah POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting dan Budgeting). Tulisan Gulick dan Urwick ini mendapat kritik yang tajam dari Hebert A. Simon dalam bukunya Administrative Behaviour. Dalam bukunya itu Simon ingin menunjukkan bahwa disetiap prinsip administrasi didalamnya terdapat prinsip tandingannya.
Paradigma ketiga ini dimulai pada tahun 1950-an. Pada fase ini karena berbagai kritikan tajam yang diteima membuat administrasi negara pada waktu itu kembali lagi ke disiplin ilmu terdahulunya yaitu Ilmu Politik. Akibatnya terjadi perubahan dan perubahan definisi lokusnya yakni birokrasi pemerintahan dan kekurangan hubungan dengan fokusnya. Singkatnya paradigma ketiga ini mencoba menetapkan kembali hubungan konseptual administrasi dan ilmu politik. Meski pada tahun 1962 administrasi bukan lagi dianggap sebagai bagian dari ilmu politik. Karena perlakuan dari ilmu politik Dwigh Waldo melakukan protes, para sarjana administrasi negara menjadi tidak senang dengan keadaan itu. Tapi ada dua perkembangan yang patut dicatat pada fase ini yaitu tumbuhnya studi kasus sebagai suatu sarana epistimologis dan pembangunan administrasi sebagai bagian administrasi negara.
Paradigma keempat ini dimulai pada tahun 1956. Akibat dari para sarjana administrasi negara dianggap sebagai warga negara kelas dua meraka mencari alternatif pemecahan dan tampaknmya yang dipilih adalah administrasi. Sebagai suatu paradigma pda fase ini ilmu administrasi hanya menawarkan fokus tetapi tidak lokusnya. Ia menawarkan teknik-teknik yang rumit dan memerlukan keahlian dan spesialisasi, namun untuk institusi apa teknik diterapkan bukan menjadi perhatian ilmu ini. Hendaknya negara dalam administrasi negara janganlah ditafsirkan dalam hubungannya dengan istilah institusi, tetapi dalam artian secara filosofis,normatif dan etis. Karena jika diartikan sebagai institusi maka administrasi tidak akan bisa berbicara mengenai swasta. Negara dalam hal tersebut akan menjadi sesuatu yang mempunyai pengaruh terhadap kepentingan masyarakat. Dengan demikian lokus administrasi akan dapat berbicara tentang swasta.
Paradigma kelima merupakan fase yang akan mencoba menjelaskan administrasi negara sebagai administrasi negara, dimulai pada tahun 1970. Pembaruan pada fase ini lokus administrasi negara bukan semata-mata pada ilmu murni administrasi, melainkan pada teori organisasi. Yang menjadi perhatian pada teori organisasi ini adalah bagaimana dan mengapa organisasi-organisasi itu berkerja. Lebih dari itu pada fase ini adminstrasi negara semakin bertambah perhatiannya terhadap wilayah ilmu kebijaksanaan, politik ekonomi, proses pembuatan kebijaksanaan pemerintah dan analisisnya. Sebaimana trend yang tumbuh pada paradigma ini maka fokus administrasi negara adlah organisasi, praktika dalam analisis public-policy, dan teknik-teknik administrasi dan manajemen yang sudah modern. Adapun lokus normatif dari administrasi negara yang digambarkan pada birokasi pemerintahan dan persoalan-persoalan masyarakat. Dalam kurun waktu yang singkat administrasi negara telah menunjukkan warnanya sendiri, bahkan beberpa departemen, fakultas, akademi baru administrasi negara dan public affair banyak bermunculan, hal ini membuktikan adanya suatu sikap yang jelas dari paradigma ini.