Selasa, 01 Maret 2011

PENGANTAR ADMINISTRASI PUBLIK

REVIEW HALAMAN 25-42 DIMENSI-DIMENSI PRIMA

Administrasi negara telah berkembang sebagai suatu kajian akademis melalui tahapan-tahapan yang disajikan dalam paradigma-paradigma yang saling mempengaruhi satu dengan yang disajikan dalam paradigma-paradigma yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Setiap fase dalam paradigma ini berkembang sesuai sengan fokus dan lokusnya masing-masing. Lokus menunjukkan dimana administrasi negara ini dikaji secara institusional, sedangkan fokus merupakan sasaran dari spesialisasi administrasi negara itu sendiri. Menurut Robert T. Golembiewski paradigma-paradigma ini hanya dapat dimengerti malalui hubungannya dengan fokus dan lokusnya.
Paradigma pertama yang dimulai pada tahun 1900-1926 atau yang sering juga disebut sebagai paradigma dikotomi politik administrasi. Awal munculnya paradigma ini dimulai dengan tulisan dari Frank J. Goodnow dan Leonard D. White. Goodnow dalam bukunya yang berjudul Pollitics and Administration berpendapat bahwa ada dua fungsi pokok pemerintahan yang berbeda yaitu politik dan administrasi. Goodnow juga mengemukakan bahwa administrasi negara sebagai lokusnya berpusat pada birokasi pemerintahan sedangkan fokusnya adalah efisiensi dan efektifitas. Kemudian administrasi negara mendapatkan legitimasi akademis pada tahun 1920-an. Usaha ini dilakukan oleh Leonard D. White dengan menerbitkan bukunya yang berjudul Introduction of Public Administration. Pada paradigma pertama ini memperkuat paham (nation) perbedaan dari dikotomi politik-administrasi, perbedaan ini akan tampak jelas dengan cara menghubungkan dengan satu koresponden antara dikotomi (value) dan praktika (fact). Dampak dari pembagian daerah analisis antara administrasi negara dan ilmu politik selama masa orientasi lokus ini mempunyai pengaruh sampai saat ini.
Fase kedua atau paradigma kedua yang dimulai pada tahun 1927 atau yang sering juga disebut sebagai zaman prinsip-prinsip administrasi. Tahun 1927, W.F. Willoughby menerbitkan bukunya yang berjudul Principles of Public Administration yang didalam buku itu memberikan trend baru dari perkembangan bidang ini dan membuktikan bahwa prinsip-prinsip itu ada dan dapat dipelajari. Sehingga para administrator bisa menjadi ahli dan cakap dalam bidangnya. Pada paradigma kedua ini administrasi negara benar-benar mancapai puncak reputasinya. Pada tahun 1930-an adminstrasi banyak mendapat sumbangan dari berbagai bidang seperti industri dan pemerintahan, lalu pengetahun menajemen memberikan pengaruh terhadap timbulnya pinsip-prinsip dalam administrasi. Tahun 1937 merupakan puncak akhir dari paradigma kedua ini ditandai dengan tulisan Paper on the Science of Administration dari Gulick dan Urwick. Prinsip yang terkenal dari Gulick dan Urwick adalah POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting dan Budgeting). Tulisan Gulick dan Urwick ini mendapat kritik yang tajam dari Hebert A. Simon dalam bukunya Administrative Behaviour. Dalam bukunya itu Simon ingin menunjukkan bahwa disetiap prinsip administrasi didalamnya terdapat prinsip tandingannya.
Paradigma ketiga ini dimulai pada tahun 1950-an. Pada fase ini karena berbagai kritikan tajam yang diteima membuat administrasi negara pada waktu itu kembali lagi ke disiplin ilmu terdahulunya yaitu Ilmu Politik. Akibatnya terjadi perubahan dan perubahan definisi lokusnya yakni birokrasi pemerintahan dan kekurangan hubungan dengan fokusnya. Singkatnya paradigma ketiga ini mencoba menetapkan kembali hubungan konseptual administrasi dan ilmu politik. Meski pada tahun 1962 administrasi bukan lagi dianggap sebagai bagian dari ilmu politik. Karena perlakuan dari ilmu politik Dwigh Waldo melakukan protes, para sarjana administrasi negara menjadi tidak senang dengan keadaan itu. Tapi ada dua perkembangan yang patut dicatat pada fase ini yaitu tumbuhnya studi kasus sebagai suatu sarana epistimologis dan pembangunan administrasi sebagai bagian administrasi negara.
Paradigma keempat ini dimulai pada tahun 1956. Akibat dari para sarjana administrasi negara dianggap sebagai warga negara kelas dua meraka mencari alternatif pemecahan dan tampaknmya yang dipilih adalah administrasi. Sebagai suatu paradigma pda fase ini ilmu administrasi hanya menawarkan fokus tetapi tidak lokusnya. Ia menawarkan teknik-teknik yang rumit dan memerlukan keahlian dan spesialisasi, namun untuk institusi apa teknik diterapkan bukan menjadi perhatian ilmu ini. Hendaknya negara dalam administrasi negara janganlah ditafsirkan dalam hubungannya dengan istilah institusi, tetapi dalam artian secara filosofis,normatif dan etis. Karena jika diartikan sebagai institusi maka administrasi tidak akan bisa berbicara mengenai swasta. Negara dalam hal tersebut akan menjadi sesuatu yang mempunyai pengaruh terhadap kepentingan masyarakat. Dengan demikian lokus administrasi akan dapat berbicara tentang swasta.
Paradigma kelima merupakan fase yang akan mencoba menjelaskan administrasi negara sebagai administrasi negara, dimulai pada tahun 1970. Pembaruan pada fase ini lokus administrasi negara bukan semata-mata pada ilmu murni administrasi, melainkan pada teori organisasi. Yang menjadi perhatian pada teori organisasi ini adalah bagaimana dan mengapa organisasi-organisasi itu berkerja. Lebih dari itu pada fase ini adminstrasi negara semakin bertambah perhatiannya terhadap wilayah ilmu kebijaksanaan, politik ekonomi, proses pembuatan kebijaksanaan pemerintah dan analisisnya. Sebaimana trend yang tumbuh pada paradigma ini maka fokus administrasi negara adlah organisasi, praktika dalam analisis public-policy, dan teknik-teknik administrasi dan manajemen yang sudah modern. Adapun lokus normatif dari administrasi negara yang digambarkan pada birokasi pemerintahan dan persoalan-persoalan masyarakat. Dalam kurun waktu yang singkat administrasi negara telah menunjukkan warnanya sendiri, bahkan beberpa departemen, fakultas, akademi baru administrasi negara dan public affair banyak bermunculan, hal ini membuktikan adanya suatu sikap yang jelas dari paradigma ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar